Sabtu, 16 Desember 2017

Nilai-nilai teknologi Pendidikan dan penerapannya pada PAI



“Nilai-nilai teknologi pendidikan dan penerapannya pada PAI”
  
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah Teknologi Pendidikan
Dosen Pengampu :
Indrawati, S.Pd.I, M.Pd.I
Disusun Oleh :
Kelompok
Riska Uswatun Hasanah      (1511002504)
Robiyah
Ully Mentari
Royani
Septy Rahayu



JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEMESTER V (LIMA) SORE
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) MA’ARIF
KOTA JAMBI
2017


KATA PENGANTAR


Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah seru sekian alam. Shalawat dan salam semoga tetap dicurahkan kepada Rasulullah Rahmat bagi alam semesta, para sahabat, keluarga dan umatnya.
Makalah ini berjudul “Nilai-Nilai Teknologi Pendidikan Dan Penerapannya Pada PAI”, dalamnya disajikan dari bab I sampai bab III. Bab I yaitu pendahuluan di dalamnya latar belakang, mengambarkan secara umum makalah ini dan rumusan makalah adalah menjelaskan hal-hal yang dibahas dalam penulisan makalah ini. Untuk Bab II yaitu membahas tentang Nilai-nilai Teknologi Dan Penerapannya Pada PAI, untuk kesimpulan pada makalah ini disajikan pada Bab III yaitu menyimpulkan isi dari makalah ini
Makalah “Nilai-Nilai Teknologi Pendidikan Dan Penerapannya Pada PAI”  ini semoga bermamfaat, terutama bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
  

Penulis






DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. I
DAFTAR ISI ................................................................................................. II
BAB I: PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang  ................................................................................... 1       
B.     Rumusan Masalah ................................................................................ 2
BAB II : PEMBAHASAN
A.    Nilai-Nilai Yang Terdapat Dalam Teknologi Pendidikan.................... 3
B.     Penerapan Nilai-Nilai Teknologi Pendidikan ...................................... 18
BAB III : PENUTUP
A.    Kesimpulan .......................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 21
 


BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Definisi mendasar yang didiskusikan dalam makalah ini menyatakan bahwa konsep teknologi pendidikan meliputi sejumlah nilai profesional, etika dan moral. Sentralitas dari nilai-nilai tersebut semakin nyata ketika memandang teknologi pendidikan sebagai bidang atau profesi. Kode etik yang yang meliputi kelompok nilai utama, secara umum dianggap ciri penting dari suatu profesi. Dibalik dimensi moral dan etika, pernyataan nilai juga memiliki manfaat praktis. Organisasi yang berkomitmen terhadap nilai pokok akan lebih efektif. Hasil riset menunjukkan bahwa mereka cenderung untuk tidak menunjukkan kinerja yang baik pada organisasi yang tidak memiliki nilai-nilai eksplisit.
Definisi kerja awalnya mengakui beberapa nilai umum akan tetapi tidak mendiskusikannya secara mendalam. Contohnya definisi terbaru dari AECT menyatakan bahwa ahli teknologi instruksional, sebagai komunitas profesi, cenderung untuk menilai konsep seperti, kemampuan untuk meniru dari suatu instruksi, individualisasi, efisiensi, kemampuan untuk menjadi umum dari proses seluruh konten, perencanaan yang detil, analsisi dan spesifikasi, kekuatan visual, dan manfaat dari instruksi yang berfungsi sebagai mediator. Makalah ini berusaha untuk membuat nilai umum dari teknologi pendidikan secara lebih eksplisit.
Teknologi pendidikan berbagi banyak fungsi, perhatian dan nilai dengan bidang lainnya. Contohnya, sains kognitif, psikologi pendidikan juga memperhatikan masalah memfasilitasi pembelajaran, teknologi pendidikan memiliki perhatian utama untuk meningkatkan kinerja dalam dunia kerja; dan kerja guru pasti melibatkan penciptaan, penggunaan dan pengaturan banyak proses dan sumberdaya yang berbeda.
Teknologi pendidikan tidak hanya berbagi perhatian dengan bidang yang lain, namun juga berbagi nilai-nilai. Bersama pendidik yang lainnya, mereka yang berkecimpung dalam teknologi pendidikan menilai pentingnya pembelajaran dan mereka mendukung pembelajaran sepanjang hayat. Mereka mempromosikan kesempatan yang sama untuk belajar bagi semua pelajar dan bertujuan memberikan pelajar akses yang sama terhadap sumber belajar.
Makalah ini fokus kepada nilai-nilai tersebut yang menjadi tekanan dalam teknologi pendidikan, yang cenderung membedakan bidang ini dari bidang yang lainnya. Banyak yang secara eksplisit dinyatakan dalam definisi seperti praktik etis, meningkatkan kinerja, ketepatan dan teknologi. Yang lainnya secara implisit. Keduanya baik nilai eksplisit dan implisit akan didiskusikan dalam makalah ini. Masing-masing istilah kunci dalam definisi akan diuji dengan konotasi nilainya.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka rumusan masalah yang diajukan pada makalah ini adalah sebagai berikut:
  1. Nilai-nilai apa saja yang terdapat dalam teknologi pendidikan ?
  2. Bagaimana peran dari nilai-nilai tersebut bagi teknologi pendidikan?






BAB II
PEMBAHASAN

A.    Nilai-Nilai Yang Terdapat Dalam Teknoligi Pendidikan

1.       Nilai-nilai Berhubungan dengan Belajar

Sebagai bidang ilmu yang berdedikasi untuk penerapan pengetahuan yang terorganisir untuk peningkatan pembelajaran dan kinerja, riset menyediakan dasar dari praktek. Riset mendasar terhadap variabel-variabel yang berhubungan dengan belajar umumnya dipinja dari bidang yang berhubungan seperti psikologi, sains kognitif, psikologi pendidikan, dan antropologi. Riset dasar dalam desain pesan instruksional atau respon pembelajar untuk menengahi pesan merupakan domain teknologi pendidikan, seperti bidang literatur visual. Riset terapan terhadap isu yang berhubungan dengan penerapan teknologi dalam pendidikan merupakan tipe penemuan yang plaing sering dilakukan dalam bidang ini. Peneliti teknologi pendidikan mempelajari cara menganalisis dan meningkatkan proses penciptaan bahan dan sistem instruksional, menciptakan media dan lingkungan belajar yang berbasis komputer, menggunakan media dan teknologi informasi di ruang kelas, dan mengatur semua aktivitas yang berhubungan (manajemen proyek, teknologi layanan administrasi).
Pengetahuan dasar dapat dikembangkan dengan banyak sarana inkuiri selain riset formal. Evaluasi formatif dan sumatif dari produk tertentu dapat memberitahukan desain yang sesuai dan pemilihan keputusan dalam organisasi. Riset tindakan yang berhubungan dengan penerapan dari suatu inovasi dapat menyediakan pelajaran yang bernilai bagi praktisi dan agen perubahan lainnya. Studi kasus tentang kesuksesan, atau khususnya tentang kegagalan, dapat mencerahkan proses implementasi teknologi dalam seting yang lebih kompleks. Disiplin studi tentang sistem yang gagal merupakan metode utama dari pengembangan pengetahuan dalam bidang yang berhubungan dengan enginering.[1]
Riset tentang program dalam teknologi pendidikan sangat dihargai dan dibutuhkan secara terus menerus, dengan hasil yang dibagikan, maka hasil penelitian dapat dipraktekkan. Bahkan dengan data saat ini, keputusan pembuat kebijakan pada level pemerintah pusat, termasuk rekomendasi bagi penemuan riset dalam segala metode penelitian, fokus pada pertanyaan tentang keberhasilan dan kegagalan, dan efek yang bervariasi dari teknologi bagi pelajar dan proses pembelajaran itu sendiri. Dengan menekankan pada mempelajari isu global yang berhubungan dengan inovasi pendidikan dan penggunaan teknologi yang tepat bagi pelajar, riset pada teknologi pendidikan dapat terus mendukung perkembangan praktik secara mendunia.

2.      Nilai-Nilai yang Berhubungan dengan Praktik Etis

Meskipun tidak ada bidang yang mendukung tindakan yang tidak etis atau menghapuskan batasan etika, isu etika yang menjadi perhatian spesial bagi teknologi pendidikan dapat dibedakan dari bidang-bidang lainnya. Teknologi pendidikan memperhatikan etika yang khusus memfokuskan pada proses menciptakan bahan-bahan instruksional dan lingkungan belajar dan yang berhubungan dengan pelajar selama menggunakan bahan-bahan dan lingkungan belajar tersebut.
Seperti yang telah di bahas sebelumnya, teori kritik khususnya mengingatkan para peneliti dan praktisi untuk memikirkan tentang kekuatan hubungan-kesejahteraan siapa yang utama, siapa yang mengendalikan kejadian-kejadian, dan siapa yang berperan dalam proses. Sensitivitas terhadap kekuatan hubungan diperluas terhadap pihak-pihak yang mendesain lingkungan belajar, mereka yang menggunakannya, dan pihak-pihak yang menggatur dan mengevaluasi proses secara keseluruhan. Sejak pelajar dianggap sebagai penerus dari pendidikan, para profesional merupakan incumben untuk menyelaraskan mereka dengan kekuatan yang sama dalam proses pembelajaran.
Melindungi kepentingan dari pelajar merupakan prioritas utama dalam teori kirits. Behaviorisme menyatakan “pelajar tidak pernah salah”, menyatakan bahwa kegagalan apapun harus disalahkan pada desain pembelajaran yang jelek atau penggunaan sistem instruksional. Penerapan dari teori belajar behavioris dalam bentuk instruksi yang terprogram dan tutorial terstruktur membantu perubahan dari instruksi yang berbasis kelompok menjadi model secara individu oleh menganggap masing-masing pelajar memiliki sejarah stimulus yang berbeda, sejarah reinforcemen yang berbeda, dan perbedaan tingkatan pengusaan keterampilan yang ditargetkan. Maka, masing-masing pelajar membutuhkan program instruksi dan reinforcment yang khusus. Lebih lanjut, tehnik dari program instruksi dan tutorial terstruktur memungkinkan pelajar memungkinkan proses pembelajaran akan dilalalu secara individual.
Perspektif kognitif terhadap kegiatan belajar mengajar juga membutuhkan perhatian khusus terhadap kebutuhan individu sejak teori ini menyatakan bahwa tiap individu mengembangkan struktur kognitif internal atau skemata yang bersifat unik, karena masing-masing individu memiliki pengalaman hidup yang berbeda.
Perspektif konstruktivis melangkah lebih jauh dari posisi perspektif kognitif, menyatakan bahwa meskipun ketika dua orang berpartisipasi dalam kegiatan yang sama masing-masing individu membangun pemahaman yang berbeda dan unik dari pengalaman tersebut. Maka, penganut teori konstruktivisme menekankan pada pentingnya melihat masing-masing pelajar secara individual.
Salah satu cara dimana pelajar diberdayakan melalui teknologi pendidikan adalah melalui penggunakan desain yang berpusat pada pengguna. Konsep ini berasal dari “perkembangan yang berorientasi pada pengguna”, pada awalnya yang dianggap sebagai pengguna adalah guru, orang yang dapat menerima atau menolak produk dari proses desain instruksional. Akan tetapi akhir-akhir ini pendapat ini telah mencakup pelajar. Dengan memberikan guru dan peserta didik kesempatan untuk berkembang selama proses pembelajaran, akan lebih mungkin hasil akhir akan lebih efektif dan dapat diterima untuk digunakan. Pada beberapa tingkatan, khususnya pendidikan orang dewasa, sangat memungkinkan bahwa pelajar yang menciptakan isntruksi contohnya, supervisor produksi yang bekerja secara berkelompok dalam kelompok kecil dapat melakukan brainstorming daftar cara-cara untuk menangani konflik dalam dunia kerja. Mereka dapat membandingkan pendapat dari satu kelompok dengan kelompok lainnya dan menyetujui solusi terbaik, dengan demikian membentuk konten dari pelajaran. Pada pendapat ini, desain yang berorientasi pada pengguna bukan hanya menjadi jalan untuk menjadikan suatu instruksi dapat digunakan pada akhirnya akan tetapi juga menjadi jalan untuk membedayakan peserta didik dan guru dalam dunia mereka sendiri dan jalan untuk menciptakan konten pembelajaran yang memiliki kredibilitas tinggi terhadap para audiens.[2]
Sebagai tambahan untuk memperhatikan pelajar, secara etika mengharuskan para praktisi melaksanakan tugas mereka dengan mendapatkan informasi terbari tentang “best practice” dalam bidang ini. Menjaga agar tetap up to date dengan riset dan perkembangan dalam pengetahuan merupakan harapan dari semua profesional dalam bidang ini (teknologi pendidikan), akan tetapi hal itu memiliki kepentingan yang khusus dalam teknologi pendidikan karena teknologi pendidikan mengklaim harus berdasarkan pada penerapan saintifik dan pengetahuan tergorganisir lainnya terhadap pendidikan. Usaha untuk membuat perkembangan profesional meningkatakan aksesibilitas termasuk web site dan lbog dari banyak ahli teknologi pendidiakn dan program riset, teori dalam jurnal praktis seperti TechTrend dan mana laporan praktis yang diberikan pada konferensi internasional, yang mungki di bagi selama konferensi tersebut.

3.      Nilai-Nilai yang Berhubungan dengan Memfasilitasi Pembelajaran

Untuk memulainya, teknologi pendidikan membagi komitmen utama dari pendidikan untuk membantu orang-orang belajar. Lebih lanjut, dengan mendukung “learning how to learn” (belajar bagaimana cara belajar) pendidik memberikan kebiasaan dan sikap-sikap pada orang-orang yang memungkinkan mereka untuk terus mencapai pendidikan mereka sendiri dibawah inisiatif mereka sendiri. Hal ini penting untuk membentuk belajar sepanjang hayat, salah satu tujuan pendidikan.
Teknologi pendidikan memiliki misi untuk menolong orang-orang belajar lebih baik dari pada yang dapat mereka lakukan melalui cara-cara mereka sendiri atau melalui intervensi pihak lain yang tidak memiliki kualifikasi teknologi pendidikan. Menyediakan fasilitas yang lebih baik dari sarana pembelajaran artinya menciptakan pengalaman-pengalaman dan menyediakan lingkungan dimana peserta dididk lebih termotivasi untuk belajar, berkembang lebih cepat, mendapatkan yang lebih, dan mampu menerapkan pengetahuannya lebih baik, dan mengalamai kepuasan yang lebih luas-yang kesemuanya membutuhkan waktu, uang dan sumberdaya manusia yang tersedia. Teknologi pendidikan melakukan ini melalui teknologi yang menyedaiakan akses kepada lebih banyak orang dan meningkatkan pembelajaran lebih efektif.[3]

a.      Meningkatkan Akses terhadap Pembelajaran

Meskipun konsep tentang akses terhadap pembelajar tidak secara eksplisit muncul dalam definisi, teknologi pendidikan memiliki komitmen untuk menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk memperluas pendidikan kepada orang-orang yang mungkin tidak mendapatkan pelayanan. Contohnya, radio broadcast telah digunakan untuk memperluas kesempatan pendidikan terhadap penduduk perkotaan pada negara-negara yang kurang berkembang, di Asia, Afrika dan Amerika Latin. Televisi juga sudah digunakan untuk meningkatkan kualitas instruksi di ruangan kelas-baik pada negara-negara maju ataupun negara-negara dunia ketiga-dengan kekurangan guru yang memiliki kualifikasi. Video konferens digunakan sehari-hari, khususnya dalam seting perusahaan, untuk memberikan kesempatan latihan untuk peserta yang berada jauh dari pusat fasilitas pelatihan.
Tidak hanya memungkinkan untuk memperluas akses terhadap pembelajaran melalui ICT, hal ini juga merupakan kepentingan moral untuk menciptakan kesempatan pendidikan yang sama terhadap etnis, komunitas geografis, tanpa memperhatikan jarak atau kerugian ekonomi. Persamaan perkembangan sosial dan ekonomi memberikan kontribusi untuk langkah global dan stabilitas. Teknologi pendidikan mempunyai peran kunci dalam perkembangan kesempatan pembelajaran yang sama di Amerika Serikat dan di seluruh dunia.

4.      Nilai-Nilai yang Berhubungan dengan Peningkatan Kinerja

Sebagai suatu bidang yang mengklaim memberikan bantuan kepada publik, teknologi pendidikan harus mampu membuat kasus yang kredibel untuk menawarkan beberapa manfaat publik. Teknologi pendidikan harus menyediakan cara yang superior untuk mencapai tujuan yang berharga. Pada bagian ini akan memfokuskan pada cara-cara dimana teknologi pendidikan memberikan kontribusi terhadap efisiensi dan efektifitas dalam mencapai tujuan pembelajaran dan kinerja. Kinerja yang didiskusikan berhubungan dengan kinerja peserta didik, kinerja guru/desainer, dan kinerja organisasi. Konsep efisiensi dan efektifitas tidaklah mudah untuk didefinisikan seperti yang sudah dibahas pada makalah sebelumnya. Efisiensi (dan efektifitas) hanya dapat ditentukan dengan mempertimbangkan tujuan yang telah disepakati dan saranan untuk mengukur pencapaiannya. Maka, sarana (cara-cara) yang semakin lambat atau yang lebih mahal dapat di katakan efektif jika menuju pada pencapaitan tujuan yang berharga dari biaya tersebut.

a.      Meningkatkan Kinerja Peserta Didik

Tujuan memfasilitasi pembelajaran bukan hanya sekedar pemanggilan informasi dalam jangka waktu pendek, akan tetapi kemapuan jangka panjang untuk menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam kehidupan yang sebenarnya. Pada masa lalu, mereka yang mendesain dan menggunakan bahan instruksional atau lingkungan pembelajaran cenderung untuk mengukur kesuksesan dalam bentuk skor dari postes yang dilakukan, tes yang dibutuhkan hanya pemanggilan kembali informasi verbal dalam jangka waktu yang pendek. Pada akhir-akhir ini, riset dalam psikologi kognitif dan ilmu syaraf telah mengembangkan pemahaman kita tentang dinamika dari proses belajar. Kita dapat mengenal perbedaan kualitatif, dalam pengertian perubahan fisik pada otak, antara pengetahuan yang dangkal dan pengetahuan yang siap digunakan seara aktif. Wigel (202) membedakan antara surface learning dengan deep learning. Surface learning dicirikan dengan hanya menghafal fakta, melaksanakan prosedur tanpa berfikir, mendapatkan sedikit nilai atau makna dalam pengetahuan, memperlakukan bahan sebagai kumpulan informasi yang tidak berhubungan, dan belajar tanpa kesadaran akan tujuan atau strategi. Sebaliknya dalam deep learning, peserta didik menghubungkan ide-ide dengan pengetahuan sebelumnya, mencari pola yang mendasar, mengkaji secara kritis, dan merefleksikan pemahaman mereka sendiri.[4]

b.      Meningkatkan Kinerja Guru dan Desainer

Selain meningkatkan kinerja peserta didik, teknologi pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kinerja guru dan desainer. Alat-alat untuk desain instruksional bermaksud untuk membantu perencana mengembangkan bahan dan sistem instruksional lebih efektif dan efisien. Tujuannya untuk membantu praktisi yang masih di bawah standar untuk memperoleh hasil yang lebih baik.[5]
Sebagai tambahan untuk memberikan mereka alat-alat yang lebih baik, teknologi pendidikan berusaha untuk memberikan kepada para praktisi persiapan profesional yang lebih baik. Contoh alat ini adalah penggunakan penugasan autentik, penilaian autentik, dan pengalaman yang intensif sebagai bagian dari program pelatihan. Keseluruhannya merupakan cara mengkontekstualkan pelatihan, dengan demikian menjadikan lebih mungkin untuk diterapkan dalam praktek kehidupan yang sebenarnya.

c.       Meningkatkan Kinerja Organisasi

Pada akhirnya, selain meningkatkan kinerja peserta didik dan praktisi, teknologi pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kinerja organisasi itu sendiri. Terutama sekali, hal ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:
·         meningkatkan produktifitas dari proses belajar
·         membantu orang-orang di dalam organisasi memperoleh keterampilan yang baru secara lebih cepat dan dengan biaya yang lebih sedikit
·         menghemat waktu dan uang bagi suatu organisasi
Akan tetapi terdapat beberapa cara untuk meningkatkan kinerja organisasi lebih dari sekedar pelatihan. Orang-orang dalam organisasi dapat dibantu untuk mejadi lebih produktif dengan cara sebagai berikut:
·         mendapatkan alat/sarana yang lebih baik
·         memiliki suasana kerja yang lebih baik
·         menjadi termotivasi untuk bekerja lebih keras
·         memiliki akses terhadap bantuan kerja atau bentuk bantuan kognitif yang dibutuhkan
Intervensi noninstruksional seperti yang terdapat dalam bidang teknologi kinerja manusia (human performance technology). HPT merupakan konsep yang melibatkan teknologi pendidikan dan semua cara yang lain untuk meningkatan kinerja manusia dalam dunia kerja.
d.      Meningkatkan Efisiensi dan Efektifitas

Efisiensi dalam pendidikan merupakan subjek yang sulit karena efisiensi sering dihubungkan dengan pengurangan biaya tanpa mempertimbangkan efek terhadap peserta didik atau lembaga pendidikan. Dalam konteks teknologi pendidikan, efisiensi dalam pendidikan dan pelatihan merujuk pada desain, pengembangan dan penerapan instruksi dengan cara bijak dalam menggunakan sumberdaya, baik manusia dan keuangan. Efektifitas berhubungan dengan derajat dimana peserta didik memperoleh tujuan belajar yang berharga, yang difasilitasi oleh sekolah, perguruan tinggi atau pusat pelatihan untuk belajar tentang pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan oleh stakeholder mereka, termasuk peserta didik itu sendiri.
Nilai-nilai instruksi dari teknologi pendidikan meliputi keduanya baik efisien dan efektif. Keduanya harus beriringan. Instruksi yang hanya murah merupakan pembuangan sumberdaya yang langka jika tidak sesuai dengan tujuan untuk menghasilkan hasil belajar yang berharga. Sama halnya, instuksi yang menghasilkan hasil belajar yang diinginkan akan tetapi membutuhkan sumberdaya yang terlalu banyak, atau tidak menyentuh peserta didik juga merupakan pembuangan sumberdaya yang langka. Tanpa mempertimbangkan preferensi pribadi seseorang tentang perspektif belajar-mengajar terdapat keinginan yang umum untuk menemukan jalan untuk menolong orang-orang belajar lebih baik (efektifitas) dan untuk menemukan jalan untuk melakukannya tanpa membuang tenaga dan biaya baik dari pihak instruktur atau peserta didik (efisien).[6]

e.       Teknologi Kinerja Manusia

Beberapa profesional dalam bidang teknologi pendidikan, khususnya mereka yang terlibat dalam perusahaan atau organisasi besar lainnya, melihat kerja mereka dibawah payung besar dari HPT. Dalam HPT, pendekatan teknologi diterapkan tidak hanya untuk aktivitas instruksional akan tetapi semua intervensi yang mempengaruhi orang-orang dalam dunia kerja. Oleh karena itu, produktivitas organisasi dapat ditingkatkan melalui beberapa tipe intervensi sebagai tambahan bagi pelatihan seperti:
·         menawarkan insentif
·         menyediakan bantuan kerja
·         mengadaptasi alat-alat terhadap tugas
·         mendesain kembali tugas-tugas
·         mempengaruhi struktur organisasi
Sejak teknologi pendidikan dihubungkan dengan HPT, akan sangat berguna untuk mengkaji budaya HPT untuk menemukan nilai apa yang dominan dalam bidang tersebut, selain apa yang didiskusikan dalam teknologi pendidikan.
The International Society for Perfomance Improvement (ISPI) mendukung kumpulan standar teknologi kinerja untuk memandu praktek dari HPT. Standar ini memberikan indikasi dari nilai-nilai yang penting dalam HPT, banyak diantaranya dapat dipertimbangkan secara implisit dalam bidang teknologi pendidikan, khususunya bagi mereka yang bekerja dalam suatu organisasi yang banyak dilakukan oleh praktisi HPT seperti bisnis dan organisasi beasr lainnya termasuk pemerintahan, militer dan non profit. Nilai-nilai khusus dari HPT adalah
·         Fokus kepada hasil (mengukur dampak dari intervensi pada masalah yang ditargetkan)
·         Menambah nilai (Sesuatu yang dihasilkan harus berharga, memberikan dampak positif, solusi yang memberikan manfaat)
·         Bekerja secara partnership dan kolaborasi (klien dan stakeholder harus bekerja bersama untuk mengetahui bahwa orang-orang menerima perubahan yang mereka bantu ciptakan)

5.      Nilai-Nilai yang Berhubungan dengan Penciptaan, Penggunaan dan Pengaturan
Ahli teknologi pendidikan meyakini bahwa keputusan yang dibuat dalam penciptaan dan penggunaan sumber belajar dapat dan harus mendapatkan pencerahan oleh pengetahuan empiris. Pada saat yang sama, mereka mengakui bahwa penciptaan dan penggunaan sumber belajar membutuhkan lompatan imajinasi seperti yang mereka lakukan. Desainer instruksional tidak dapat melakukan “cut and paste” bahan-bahan yang diciptakan sebelumnya, mereka biasanya harus menciptakan solusi baru, dan bahan-bahan baru. Instruktur menggunakan bahan-bahan yang didesain harus membuatnya dapat diadaptasi, karena masing-masing situasi memiliki aspek yang unik. Maka, teknologi pendidikan melibatkan keduanya yaitu seni dan sains dalam prakteknya, dan ia menerima nilai-nilai dari karya seni sama seperti nilai-nilai inkuiri secara empiris. Praktisi reflektif yang disebutkan sebelumnya merupakan aspek yang terpenting bagi bidang teknologi pendidikan, refleksi pada suatu praktek merupakan hal yang vital bagi peran aktif guru dan desainer yang harus dilaksanakan dalam penciptaan dan penggunaan bahan-bahan dan strategi-strategi teknologi pendidikan.

6.      Nilai-Nilai yang Berhubungan dengan Ketepatan

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, prsoes dan sumberdaya dapat diartikan harus dimodifikasi dengan istilah ketapatan, yang artinya sesuai dan kompatibel dengan tujuan yang diinginkan dan panduan etika.[8]
a. Proses Kerja

Proses kerja yang tepat ditunjukkan oleh standar etika yang membutuhkan penggunaan praktek profesional. Seperti ahli fisika yang diharapkan untuk mengikuti “standars of care”, begitu juga para profesional lainnya diharuskan mengetahui dan taat kepada praktek terbaik saat ini pada bidang mereka. Sejumlah harapan ini disebutkan secara spesifik dalam kode etik AECT.
Untuk proses kerja bagi desain instruksional untuk memenuhi standar ketepatan, mereka harus menyesuaikan kepada kebutuhan organisasi (seperti sekolah, perguruan tinggi atau bisnis) dan para peserta didik. Akan bertentangan dengan kepentingan universitas bagi profesional teknologi pendidikan yang menawarkan jasa konsultasi instruksional untuk mendukung praktek desain instruksional yang meningkatkan biaya yang dibutuhkan dari universitas tanpa meyaikinkan manfaat atau beban kerja dari suatu fakultas tanpa penghasilkan yang seimbang. Lebih lanjut, praktek desain instruksional tersebut akan diharapkan untuk meningkatkan kesempatan belajar bagi para peserta didik yang mengalami instruksi. Secara sringkas, proses desain harus menjadi efisien dan efektif. Hal yang sama dapat diterapkan pada peroses kerja yang melibatkan dalam pemilihan dan penggunakan sistem instruksional. Para praktisi diharapkan untuk mengetahui, merekomendasikan dan menggunakan tehnik yang bermanfaat yang sesuai dengan standar terbaru. Tehik tersebut harus dapat dijustifikasi dengan berdasarkan pada hasil yang dapat dibuktikan, yang mengingatkan mereka akan kebutuhan untuk mengakses dan memahami hasil dari riset inkuiri yang dipublikasikan.

b.      Teknologi

Teknologi yang berbeda dapat dievaluasi sehubungan dengan ketepatannya bagi kelompok umur tertentu atau seting sosial ekonomi atau budaya tertentu. Contohnya, sejak komputer secara luas digunakan, muncul kontrovensi tentang ketepatan penggunaan komputer untuk anak yang berusia dini. Sekolah Montessori dan Sekolah Waldorf secara eksplisit mengeluarkan komputer dari program pendidikan masa kanak-kanak awal mereka. Alasan rasional mereka adalah bahwa anak membutuhkan pengalaman multisensori, mereka butuh untuk bergerak, mereka butuh menemukan dan mencoba, mereka membutuhkan pengulangan yang bervariasi dan mereka membutuhkan pencapaian prestasi yang dihasilkan dari kerja keras. Anak-anak akan kehilangan pengalaman ini selama waktu yang mereka habiskan dengan komputer. Monke (2005) memperluas argumen ini menjadi wilayah permainan, yang memberikan kebebasan, permainan fisik yang tidak terstruktur merupakan kebutuhan perkembangan bagi anak kecil dan komputer dapat menjauhkannya dari permainan seperti itu. Pernyataan Monke bahwa “mengandalkan buku terlalu banyak atau terlalu dini menghalangi kemampuan anak untuk mengembangkan hubungan langsung dengan subyek yang mereka pelajari” sangat konsisten dengan pendapat Egar Dale yang mendukung pengalaman langsung dan bertujuan. Healy (1999) menyimpulkan “perampasan waktu bermain” sebagai berikut:
Jika seorang anak menghabiskan banyak waktu untuk video game (atau televisi, atau bahkan jenis penggunaan komputer lainnya) dari pada bermain dan mengalamai banyak tipe keterampilan yang berbeda, dasar bagi beberapa bentuk kemampuan akan dikorbankan. Kehilangan ini tidak akan terlihat sampai menjadi semakin banyak nantinya, ketika jenis pemikiran dan belajar yang lebih kompleks menjadi dibutuhkan.
Diizinkannya komputer untuk digunakan oleh anak kecil dimulai dengan mengkritisi praktek mengumpulkan semua komputer yang digunakan dibawah satu atasan, aplikasi yang berbeda memiliki efek yang berbeda. Maka mereka mampu menunjukkan penemuan terhadap pelajaran tertentu atau dari mata analisis yang menunjukkan, contohnya bahwa anak dapat memiliki pengalaman emosional yang positif dengan komputer, sering menggunakannya secara kolaboratif, dan berpartisipasi dalam interaksi sebaya di sekitar komputer (Clements & Sarama, 2003).
Hal ini mungkin karena pendukung dari kedua belah pihak mempunyai argumen tersendiri. Anak kecil membutuhkan jangkauan tangan pertama, langsung, pengalaman fisik untuk perkembangan yang wajar. Berasumsi bahwa mereka memiliki waktu yang cukup dan kesempatan untuk pengalaman langsung tersebut, juga mungkin terdapat kesempatan dimana penggunaan tertentu dari komputer akan memberikan manfaat yang luar biasa. Dikembalikan kepada komitmen teknologi pendidikan untuk membuat keputusan ketepatan teknologi berdasarkan kebutuhan pesera didik tertentu dalam keadaan tertentu.
Begitu juga, kritik terhadap ekspor manfaat teknologi kepada negara-negara atau sbukultur yang dianggap tidak siap untuknya. Teknologi baru akan menunjukkan penduduk asli kepada tata kelakuan atau ide yang bertentangan pada taraf tertentu dengan tradisi mereka. Teknologi baru dapat menjadi tidak menyokong infrastruktur lokal atau mengakibatkan beban finansial yang berbahaya pada ekonomi lokal. Mereka mungkin memperburuk dominasi politik atau budaya imperialisme.
Posisi nilai dari teknologi pendidikan adalah bahwa solusi teknologi harus dievalusi untuk kelangsungannya, kecocokan kultural, dan dampak ekonominya. Apakah teknologi tinggi atau teknologi rendah baik atau buruk dalam dirinya sendiri. Salah satunya (bukan keduanya) mungkin tepat dalam situasi tertentu.

c.       Sumberdaya Spesifik

Ketika diterapkan kepada sumberdaya spesifik, ketepatan dapat diuji dengan beberapa kriteria. Apakah bahan-bahan cocok untuk tingkat perkembangan dari peserta didik? Untuk tingkatan membaca mereka? Untuk tingkatan penguasaan materi ajar mereka saat ini? Untuk tujuan dari pelajaran tertentu? Pada waktunya, aspek rasial atau etnis dari bahan pelajaran dapat menjadi penting. Sensitivitas terhadap minat peserta didik dan latar belakang budaya dan pengalaman dibutuhkan, dan perhatian terhadap posisi yang sama dari kekuasaan dan otoritas, akses yang sama, dan peluang yang sama bagi pelajar merupakan sesuatu yang vital. Menentukan dan menerapkan kriteria ketepatan merupakan bagian dari harapan profesional dari para ahli teknologi pendidikan.

7.      Nilai-Nilai yang Berhubungan dengan Teknologi

Istilah teknologi dapat diterapkan baik kepada proses dan sumberdaya. Salah satu poin penting dari bidang ini adalah komitmennya terhadap pendekatan yang sesuai dengan “aplikasi sistematis dari saintifik atau pengetahuan teroganisir lainnya terhadap tugas praktis” (Galbrait, 1967). Istilah ini merupakan istilah kunci dari teknologi pendidikan. Hal ini menunjukkan perspektif yang unik dari bidang ini jika dibandingkan dengan bidang lainnya. Bidang yang lainnya menerapkan proses dalam pendidikan, namun proses tersebut tidak perlu dilaksanakan secara sistematis atau berdasarkan pada dasar saintifik. Praktisi lainnya (guru, profesr dan trainer) mengembangkan, memilih, dan menggunakan sumberdaya untuk instruksi, akan tetapi mereka tidak perlu fokus pada sumberdaya teknologi. Namun teknologi pendidikan melakukannya.[9]
Label lainnya bagi proses dan bumberdaya teknologi adalah “soft dan hard technologies”. Soft technology merujuk pada cara berfikir tentang mengajar, belajar dan menggunakan metode-metode seperti problem solving. Hard technology merujuk pada merujuk pada hardware dan software yang digunakan untuk secara aktual berkomunikasi dengan peserta didik. Merupakan kebiasaan diantara para profesional dalam teknologi pendidikan bahwa hard technology itu sendiri bukan merupakan obat mujarab. Teknologi informasi dan telekominikasi (ICT), meskipun secara potensial memiliki kekuatan yang handal dalam meningkatkan akses terhadap pendidikan, seperti mengurangi biaya dan mengurangi waktu yang dibutuhkan, hanya sebagai pembawa pesan dan metode pendidikan. Kekuatan dari pesan dan metode tersebut terutama sekali menentukan nilai nilai dari suatu program.
Lebih lanjut, merupakan kewajiban spesial dari bidang ini (teknologi pendidikan) untuk mempertimbangkan konsekuansi yang tidak diharapkan dari penggunaan ICT yang meluas, seperti yang dibahas sebelumnya contoh penggunaan komputer pada anak usia dini. Sintesis dari bayak riset terhadap dampak menonton televisi pada anak-anak menyediakan panduan yang cukup untuk membahas isu ini. Pengalaman baru-baru ini dengan pelajar menggunakan teknologi digital (seperti akses wireless, ponsel, PDA dan mobile teknologi lainnya) menyarankan bahwa akan menumbuhkan rasa keterasingan, atau akan dipengaruhi oleh hal ini yaitu meningkatnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain melalui alat elektronik meskipun tidak secara fisik. Pada akhirnya, sentuhan manusia merupakan bumbu yang sangat dibutuhkan pada program pendidikan manapun.


B.     Penerapan Nilai-nilai Teknologi Pendidikan
Adapun bentuk yang sudah jelas merupakan aplikasi dari teknologi pendidikan untuk peningkatan mutu pendidikan di Indonesia khususnya adalah sebagai beriut:
1.      Terciptanya Manajemen berbasis sekolah (MBS) merupakan produk yang dihasilkan oleh pengembangan pengetahuan, hal tersebut merupakan bagian dari tujuan teknologi pendidikan yaitu mengintegrasikan suatu sistem pendidikan sehingga tercapai pendidikan yang berkualitas.
2.      Adanya sistem pendidikan terbuka, konsep ini dilakukan karena terdapat beberapa alasan yang menjadi faktor pendukung, salah satu alasan tersebut adalah tingginya kebutuhan akan pengetahuan namun terbatasnya waktu pembelajaran sehingga terbentuklah sistem pendidikan terbuka, seperti SMP Terbuka, SMA terbuka, dan Universitas terbuka.
3.      Terciptanya sistem pendidikan jarak jauh. Sistem pendidikan jarak jauh dimaksudkan bahwa setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan dari manapun, siapapun dan kapanpun. Sehingga konsep pendidikan jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi pun dilaksanakan dengan harapan bahwa pelaksanaan pendidikan tidak mesti antara pendidik dan peserta didik harus bertatap muka secara langsung dalam ruang kelas.
4.      Pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM). Konsep PAKEM merupakan sebuah terobosan dalam dunia pendidikan di Indonesia, hal ini pun merupakan aplikasi produk yang dihasilkan oleh teknologi pendidikan.
5.      Pembelajaran inovatif. Dimaksudkan bahwa pelaksanaan pembelajaran selalu berinovasi disesuaikan dengan kebutuhan dan kemajuan teknologi, sehingga tidak ada lagi istilah bahwa pembelajaran hanya terpusat pada guru sebagai pendidik, namun setiap orang wajib memiliki pendapatnya sendiri mengenai materi pelajaran yang sedang dipelajari.
6.      Sumber belajar, dengan adanya teknologi pendidikan sumber belajar semakin variatif, tidak hanya sekedar dari buku sekolah, guru, dan terpaku pada sumber belajar yang telah ditetapkan.
7.      Partisipasi masyarakat, penerapan teknologi pendidikan membuat masyarakat menjadi paham akan pentingnya peran mereka dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa teknologi pendidikan merupakan sebuah sistem yang terintegrasi dan tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainnya, karena jika salah satu subsistem tidak berjalan dengan baik maka akan mengganggu sistem secara keseluruhan.
Mutu atau kualitas pendidikan sangat dipengaruhi oleh sistem pendidikan itu sendiri, dan perlu diperhatikan bahwa kualitas pendidikan tidak hanya dihasilkan dari input yang baik melainkan input yang kurang baik tersebut harus dikelola atau diproses dengan baik pula sehingga output yang dihasilkan memiliki mutu yang baik.
Wujud nyata dari teknologi pendidikan dalam peningkatan mutu pendidikan sudah cukup banyak, salah satu yang telah dilakukan ialah manajemen berbasis sekolah, terciptanya strategi, metode dan model pembelajaran yang beragam sehingga meningkatkan kreatifitas peserta didik untuk terus melakukan yang terbaik dalam proses pembelajaran.
Teknologi pendidikan berbagi banyak nilai dengan bidang-bidang yang berhubungan seperti pendidikan, akan tetapi terdapat sejumlah nilai yang mejadi ciri khas bagi teknologi pendidikan dan merupakan hal yang terkemuka dalam tulisan teoritis dan praktis dalam bidang ini (teknologi pendidikan). Masing-masing elemen dari definisi dasar yang membawa satu atau lebih nilai-nilai tersendiri. Diantara nilai-nilai tersebut belajar, praktik etis, memfasilitasi pembelajaran, peningkatan kinerja, penciptaan, penggunaan dan pengaturan, proses dan sumberdaya yang sesuai, serta sumberdaya dan proses teknologi.



DAFTAR PUSTAKA

Bloom, B.S, Englehart, M.D., Furst, E.J., Hill, W.H., & Karthwohl, D.R. 1956, Taxonomy of Educational Objectives. New York: Longmans, Green.
Januszewski, Alan & Michael Molenda.2008, Educational Technology A Definition with Commentary. New York: Lawrence Erlbaum Associates.
Reiser, Robert A & John V Dempsey. 2010. Trends And Issues In Instrucitional Design And Technology. Boston: Perason
https://belajarpintarweb.wordpress.com/2016/06/02/nilai-dalamSabtu, 03 Mei 2014